Industri pariwisata adalah salah satu industri terbesar baik dalam skala global maupun nasional. Industri ini selalu tumbuh diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi baik di tingkat global maupun dalam negeri. Namun 2020 industri ini menelan pil pahit karena pandemi Covid-19. Negara dan kota di lockdown, perbatasan antar-negara ditutup, kerumunan dicegah dan sebagainya sebagai salah satu upaya untuk menekan Penyebaran virus Korona membuat Pariwisata tidak berdaya. Di tahun 2020 Pariwisata anjok. Usaha yang berhubungan dengan Pariwisata seperti Maskapai, Hotel, Travel banyak yang rugi bahkan gulung tikar.
Lalu bagaimana industri pariwisata di tahun 2021? Sepertinya saat ini terlalu dini untuk dinilai. Belum ada tanda-tanda atau indicator ke arah rebound. Kita berharap proses Vaksinasi di Indonesia dan di seluruh negara saat ini bisa berjalan dengan baik, dan vaksin tersebut bisa terbukti ampuh dalam melawan penyakit Korona ini. Jika kita melihat jadwal proses vaksinasi, sepertinya efeknya baru bisa terlihat di pertengahan tahun 2021, atau bahkan bisa mundur. Sementara itu Industri pariwisata terpaksa masih harus menderita dan bahkan ditambah pusing lagi dengan prosedur protokol kesehatan yang pastinya akan memakan biaya tambahan, sementara pemasukan tidak ada tambahan, bahkan berkurang.
Mengingat hal tersebut diatas, salah satu solusi yang patut dicoba adalah pengembangan Pariwisata Virtual (Virtual Tourism). Sejak awal pandemi sudah banyak perusahaan maupun individu yang berkecimpung di industri pariwsata untuk mengeluti Virtual Tourism. Bahkan beberapa diantaranya yang menggunakan media sosial seperti Instagram dan Youtube sudah berhasil meraup keuntungan lewat para pengiklan. Virtual Tourism secara keilmuan sudah kita Pelajari karena memang sebuah fenomena yang besar di Industri Pariwisata. Tentunya pariwisata virtual tidak dapat menggantikan pariwisata yang nyata. Namun di saat kondisi pandemi seperti sekarang, pariwisata virtual dapat menjadi salah satu opsi untuk memenuhi kebutuhan para traveller. Pariwisata virtual sebelum pandemi hanya di fokuskan pada kebutuhan marketing dan promosi, namun sekarang naik tingkat dengan dengan teknologi 4D/5D. Orang dapat menikmati wahana museum, menjelajahi taman safari atau taman bermain secara 5 dimensi. Teknologi nya juga semakin canggih saat ini sehingga akan terasa seperti nyata. Pariwisata virtual semacam ini bisa dijual, dan perusahaan ataupun individu bisa mendapatkan keuntungan. Paling tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka sampai proses vaksinasi selesai dan pariwisata bisa kembali rebound.
Memang Tentunya banyak kekurangannya, namun kelebihan nya juga ada. Dan kalau dibungkus dengan baik bisa mendatangkan keuntungan lewat iklan maupun layanan berbayar. Kita berharap proses vaksinasi dapat segera berjalan dan masyarakat bisa merasa nyaman untuk kembali berwisata dalam waktu dekat. Sementara ini, usulan kami adalah pengembangan pariwisata virtual di tahun 2021.
Penulis: Farshal Hambali (kabid Pariwisata AWDI ),
Praktisi dan Dosen Industri Pariwisata