ZONAPERS.com, Jakarta – PT Pertamina Patra Niaga akhirnya buka suara perihal bisnis SPBU Pertashop yang katanya sedang mengalami mati suri. Sejatinya bisnis SPBU Pertashop dihadirkan untuk mendukung langkah Pertamina menjual BBM Non-subsidi seperti misalnya Pertamax Cs.
Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga, Irto Ginting menyatakan, bahwa hal itu sedang menjadi konsentrasi perusahaan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung kehadiran Pertashop.
Karena sejatinya. “Pertashop hadir sebagai outlet BBM Non Subsidi, sementara harga BBM Non Subsidi memang sangat dipengaruhi faktor eksternal termasuk harga minyak dunia dan kurs,” ujarnya Kamis (9/6/22).
Belum diketahui, apakah kemungkinan SPBU Pertashop ke depan bisa menjual BBM Pertalite.
Atas hal ini, Irto hanya bilang bahwa pemerintah saat ini dalam proses revisi Perpres 191/2014 khususnya dalam penentuan kriteria penerima BBM Subsidi.
Sebelumnya, Komisi VII DPR RI mengungkapkan bahwa bisnis usaha ritel yang dibangun dengan konsep mitra bersama PT Pertamina (Persero) yakni SPBU Pertashop diambang mati suri. Hal itu akibat dari tingginya jurang harga antara Pertamax Cs dengan Pertalite.
Seperti yang diketahui, SPBU Pertashop hanya menjual BBM Pertamax Cs, sementara harga jual Pertamax yakni Rp 12.500 per liter jauh lebih mahal ketimbang harga BBM Pertalite yang hanya Rp 7.650 per liter.
Anggota DPR RI Komisi VII Hendrik Halomoan Sitompul mengatakan bahwa kenaikan BBM jenis Pertamax cukup berpengaruh terhadap bisnis usaha Pertashop. Hal ini terjadi lantaran kebanyakan konsumen mulai beralih menggunakan Pertalite yang harganya masih jauh lebih murah.
Berdasarkan laporan yang Hendrik terima, asosiasi paguyuban Pertashop berencana akan menggelar demo ke Kementerian BUMN untuk meminta pertanggungjawaban. Pasalnya, bisnis mereka menjadi mati suri dengan adanya perbedaan harga yang cukup jauh.
“Karena perbedaan harga Pertalite dengan Pertamax akhirnya mati suri jadi mereka mau ke Kementerian BUMN untuk minta pertanggungjawaban ke BUMN. Ini gimana statusnya Pertashop ketika situasi seperti ini mereka ditinggalkan,” kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Ditjen Migas Kementerian ESDM, Rabu (8/6/2022).
Oleh sebab itu, ia pun meminta agar pemerintah dapat segera merespon permasalahan tersebut. Mengingat, sepinya konsumen Pertashop telah menyebabkan kredit pelaku usaha kepada Bank turut macet dan berpotensi asetnya disita.
Itu dulu program BRI kalau gak salah waktu bangun itu karena mati suri itu gak mampu bayar. Mereka pinjam uang ke BANK untuk bangun itu. Mohon perhatian lah kalau bapak ketemu Kementerian BUMN tolong sampaikan. Ini sangat serius terkait Pertashop. Saya juga gak tahu ketika ditanya kapan Pertalite nya naik,” ujarnya.
Sebelumnya, Pertamina Patra Niaga mencatat bahwa terdapat migrasi konsumen pengguna Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis RON 92 atau BBM Pertamax ke BBM RON 90 atau Pertalite sebanyak 25%. Saat ini Pertamina meyakini bahwa stok BBM Pertalite masih cukup aman berada di level 17 hari.
Seperti yang diketahui, migrasi pengguna Pertamax ke Pertalite imbas dari naiknya harga BBM Pertamax menjadi Rp 12.500 per liter. Hal itu menyikapi tingginya harga minyak mentah dunia yang nyaman berada di atas US$ 100 per barel.
“Meski adanya peralihan konsumsi besar-besaran dari Pertamax ke Pertalite, Irto memastikan bahwa stok BBM Pertalite dalam kondisi yang aman. Sampai pada pertengahan Mei 2022 ini, stok BBM Pertalite masih cukup dalam 17 hari” pungkasnya. (Hans).