zonapers.com, TAPTENG – Petani sawit mulai menjerit karena anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit, di Kecamatan Angkola Sangkunur Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) sehingga masyarakat petani kebun sawit yang menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian.
Warpin Pasaribu, petani sawit di Kecamatan Angkola Sangkunur, mengatakan (13/7/22) pada Media Zonapers.com, turunnya harga TBS sawit hingga ke level terendah Rp 600/kg di tingkat petani kebun sawit. Untuk harga Brondola sawit di level Rp 1200/kg.
Sementara itu, biaya upah untuk pemanen (Mendodos) sawit yang lokasi panennya di pinggir jalan Rp 250/kg, dan biaya panen masuk ke dalam area kebun berkisar Rp 450/kg.
Sebelumnya, kata Warpin Pasaribu, harga TBS sawit, sempat mencapai level Rp 2970/kg dan sawit Brondolan Rp 4200/kg dan itu harus diakui masyarakat pernah menikmati harga TBS sawit yang cukup baik beberapa waktu yang lalu.
Kendati demikian,tentunya “diharapkan kebijakan pihak pemerintah segerah mengambil solusi untuk menetapkan harga TBS sawit”. Akibat anjlok harga TBS sawit, petani mulai was was dan berdampak langsung pada ekonomi masyarakat bawah, khususnya petani sawit.
“Disamping melemahnya daya beli masyarakat, dan ini disebabkan harga sawit yang anjlok” disamping harga pupuk tetap masih bertahan di level harga yang tinggi, sehinga petani sawit malas untuk panen, disamping tidak seimbang lagi dengan biaya panen, cetusnya.
Warpin Pasaribi, juga menyanyangkan harga sawit turun, tetapi lihat harga pupuk masih tinggi dan langka, bagaimana pula petani bisa memupuk lagi, harga sawit tingkat petani sudah tidak imbang untuk membeli pupuknya, keluhnya.
Untuk mengatasi mahalnya harga pupuk, petani terpaksa menunda dulu atau tidak melakukan pemupukan karena tingginya harga pupuk organik.
“Karena dihimpit oleh harga pupuk yang mahal dan sulit di peroleh, yang di tambah lagi dengan kenaikan harga sembako yang sèmakin membebani masyarakat”, pungkas Warpin Pasaribu.