zonapers.com,Jakarta.
Komunitas adat dan budaya Minahasa kehilangan salah satu tokoh terbaiknya. Tuama Jussac Rumambi, pelestari budaya Minahasa sekaligus sosok penting dalam Sanggar Bapontar, berpulang pada Senin (9/9/25) di Jakarta. Kabar duka ini membawa kesedihan mendalam bagi keluarga besar Minahasa di perantauan.
Jussac dikenal sebagai figur sentral dalam pelestarian tarian Kabasaran, tarian perang khas Minahasa yang sarat makna dan nilai historis. Bersama Sanggar Bapontar yang dipimpin oleh Beiby Sumanti, Jussac aktif tampil di berbagai panggung besar, baik nasional maupun internasional—termasuk di Istana Negara sebagai bagian dari penyambutan tamu-tamu kenegaraan.

Dihormati Tokoh-Tokoh Kawanua
Prosesi penghormatan terakhir di rumah duka, Cikini, Jakarta, dihadiri oleh sejumlah tokoh penting. Salah satunya adalah Irjen Pol (Purn) Ronny Sompie, yang menyempatkan diri hadir untuk memberi penghormatan terakhir.
“Almarhum sangat aktif dalam melayani dan membantu berbagai kegiatan kawanua, terutama yang berkaitan dengan adat Kabasaran sebagai simbol penguat budaya Minahasa di tanah rantau,” ujar Ronny Sompie, yang juga menjabat sebagai Penasihat Kerukunan Keluarga Kawanua.
Ronny juga mengungkapkan bahwa Jussac pernah mendapatkan hadiah langsung dari Presiden Jokowi dalam Upacara HUT Kemerdekaan RI di Istana Negara, karena dedikasinya mengenakan pakaian adat Kabasaran secara konsisten.
Hadir pula tokoh-tokoh lain seperti Ketua Garda Manguni, Jimmy Pangau, yang juga berprofesi sebagai pengacara, serta Ketua Umum Manguni Indonesia, Meidy Kaat.
Sosok Pemimpin dalam Kabasaran
Dalam wawancara bersama awak media, Meidy Kaat menjelaskan peran besar Jussac dalam struktur adat.
“Jussac Rumambi adalah Wakil Ketua DPP bidang budaya dan juga dikenal sebagai Sarian, atau pemimpin dalam tarian Kabasaran. Ia adalah ketua kelompok yang selalu berada di garis depan dalam setiap pertunjukan,” ujar Meidy Kaat.
Meidy menutup dengan pernyataan penuh haru:
“Kami keluarga besar Manguni Indonesia sangat kehilangan. Semoga segala dedikasi dan kerja keras almarhum menjadi warisan yang menginspirasi generasi penerus dalam menjaga dan melestarikan adat budaya Minahasa.”
Warisan Tak Tergantikan
Kepergian Jussac Rumambi meninggalkan kekosongan yang dalam, namun juga menyisakan warisan budaya yang tak ternilai. Semangatnya dalam melestarikan adat Kabasaran akan terus hidup dalam setiap hentakan gong dan derap kaki para penari Minahasa.
Selamat jalan, Tuama Jussac Rumambi. Budaya Minahasa berduka, namun semangatmu abadi.
Pewarta:HM.





































































