Jakarta, Minggu 6 November diadakan Parade Budaya Nusantara digagas oleh BNPT yang digawangi oleh Komjen pol Boy Rafli Amar .
Acara kali ini mengusung tema “Bersatu lebih erat, Bersama lebih Harmoni.” Parade budaya Nusantara tersebut secara resmi dilepas langsung Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Boy Rafli Amar. Boy terlihat sempat menaiki Reog setelah melepas peserta parade. Boy sendiri tampil dengan pakaian baju adat Betawi.
Dalam sambutannya, Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, kegiatan tersebut digelar dalam rangka bagian dari penguatan akar budaya bangsa dan mempersempit ruang gerak transnasional.
“Tentunya ini menunjukkan animo yang besar bagi kita untuk melakukan langkah-langkah penguatan budaya Nusantara, karena kami meyakini dengan kuatnya budaya kita, budaya Indonesia yang beragam, akan semakin mempersempit ruang gerak transnasional ideologi dan budaya yang tidak berkepribadian dengan bangsa Indonesia,” kata Boy di Gedung Sarinah, Jakarta, Minggu (6/11).
Boy berharap dengan diselenggarakannya acara itu, pihak-pihak yang mencoba melakukan tindakan trans budaya dapat dicegah dan tidak memberi dampak negatif pada generasi bangsa.
Terlihat pula anggota Garpu ( Gerakan Restorasi Pedagang dan UMKM ) DKI dan Laskar Merah Putih.
Antara lain Yunita, Garpu DKI komite bid GPEi gerakan pengusaha Eksport Import, Anggoen ( Waketum Soskesra Laskar Merah Putih), Indah.R, Ide Badriah, Wulan Soe, Mieske.
Mereka semua tergabung dalam Solidaritas Merah Putih.
Dalam kesempatan ini, disampaikan juga oleh Yunita kepada awak media ” Kami sangat senang dalam acara Parade budaya Nusantara dengan pakaian Kebaya Nasional dan sangat berterimakasih kepada bapak Boy Rafli, semoga acara ini bisa diadakan menjadi program tahunan. ” ujar Yunita.
Partisipasi dalam acara tersebut melakukan kirab jalan santai dimulai dari depan Mall Sarinah hingga bundaran Hotel Indonesia.
Banyak para Tokoh masyarakat yang ikut serta dalam acara tersebut, antara lain ibu Miranda Gultom, Direktur Mall Sarinah, Kesbangpol DKI Taufan.
Editor hans montolalu